Senin, 27 Agustus 2012

cinta itu magic


Telah lama aku bertahan, demi cinta yang telah lama aku genggam. Saat ku memutuskan memberi hatiku untukmu, berharap nanti kau mampu menjaga dan merawatnya. Kini hatiku tumbuh, seiring kebersamaan kita kini. Hati itu semakin indah dan semakin erat melekat dalam rasamu. Pernah aku mengatakan, bahwa cinta itu MAGIC ?? karna magic cinta itulah yang membuat ku bertahan sampai saat ini. Walau terkadang cinta itu pernah menyakiti ku, namun mantra magic itulah yang membuat hatiku sembuh kembali.

 

            Aku sangat menyukai WAKTU, karna waktu yang telah mempertemukan kita, membuat kita bersama, dan sampai kini akan terus bersama.TUHAN engkau mendengar doa ku, engkau kabulkan setiap pintaku. Pinta yang selalu ku lontarkan kepada-MU. Pinta ku SELALU BERSAMANYA.

 

            Namun kenapa TUHAN?? Mengapa kali ini kau tak mengabulkan doa ku?? Doa yang selalu aku celotehkan kepada-MU?? Mengapa kini kau jauhkan dia dariku?? Mengapa kini dia PERGI ?? kau menghukumku?? Untuk kesalahan ku yang seperti apa?? Aku tak pernah menyakiti hatinya, tapi mengapa kini aku merasakan sakit hati karnanya?? Ada apa ini? Kemana MAGIC cinta itu TUHAN??

 

            Selaput kerlingan air mata menutupi pandanganku, merontokan setiap jerit tangisku!! Meluluh lantarkan serpihan hati yang hancur seiring angin membawa hatiku yang terombang-ambing.

Haruskah aku merelakan di yang telah pergi meninggalkan ku??

Haruskah aku menghentikan jerit namanya di pikiranku???

Haruskah aku menghentikan alir rasa sayang ku untuknya??

 Aku mencintainya Tuhan, aku mengasihinya, rasa ku untuknya, cinta ku memiliki DIA !

 

            Sejenak ku pejamkan kedua mataku, yang selalu menitihkan titik demi titik luka yang ada, berharap fajar akan membawamu kembali di sisiku saat aku mulai membuka lagi mataku. Mustahil…!!! Fajar yang indah tak bisa membawamu kembali kesisiku. Deruan angin pagi hanya mampu membawa kenangan indah kita yang tak bisa ku lupakan. Juga bisikan kesunyian yang mampu memperdengarkan namamu ditelingaku.

 

            Entah sampai kapan, luka ini mampu untuk ku tutupi dengan sebuah perban harapan akan kau dapat kembali. Lagi, aku menikmati semua rasa yang ada. Rasa yang mampu membuatku menjadi seseorang yang mampu menghadapi pedih, juga rasa yang mampu membuatku terdiam sebegitu lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar