Jumat, 14 Juni 2013

Sudah Kubilang , Jangan Mencintaiku

Sudah Kubilang, Jangan Mencintaiku

Sudah kubilang, jangan mencintaiku
tapi kau tidak mau mendengar.

Aku tidak memintamu datang
tapi sepertinya itu telah dijadwal oleh takdir
Maka kubiarkan pertemuan kita berlalu begitu saja
seperti hujan angin yang berhembus sore itu.
Tapi kau tidak mau mengerti,
kau berkonspirasi bersama takdir.
Langkahmu ringan menuju ke arahku
menembus batas yang baru kusadari ada
Hujan angin sore itu telah lewat, kau ada di hadapanku.

Hampir saja kulupakan aturannya
karena kewarasanku terdistorsi kehadiranmu
Hampir saja aku tersandung lagi
seperti yang dulu pernah aku lalui
lama sekali, entah telah tertimbun berapa waktu.
Hampir saja.
Tapi aku ingat.
Aku ingat keenggananku saat dulu pertama kita bertemu.
Aku ingat dinding mimpi buruk yang waktu itu kau tembus.

Mereka berkata bahwa seharusnya aku senang,
hujan anginku telah berhenti.
Tapi tidak, aku takut.
Lalu kukatakan padamu “Jangan mencintaiku”
dan kau jawab “Maaf, sudah terlambat.”
Aku ingin menangis
tangis yang entah apa artinya
entah suka atau kecewa.
Hujan angin telah lewat,
tapi bagaimana jika ketenangan ini hanya jeda sebelum topan?

Sudah kubilang jangan mencintaiku
entah sudah berapa repetisi
tapi kau masih tidak mau mendengar.
Sekarang aku tidak akan mengulanginya lagi.
Kini kau sudah terjebak bersamaku,
kau opium dan aku pecandu.
Sudah kuingatkan kau berkali-kali dulu,
“jangan mencintaiku!”
dan berkali-kali kau acuhkan itu.
Maka sekarang aku akan diam
diam dan berharap kau tidak akan pernah menyadari kesalahanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar